Inilah Harapan Rakyat Kecil dari sebuah gubuk lokalisasi kelas bawah pada pemerintahan SBY-Boediono
Hari ini di sebuah Majelis terhormat negeri ini, dikukuhkanlah seorang pemimpin bagi rakyatnya oleh Majelis tertinggi di Indonesia yaitu MPR, resmi sudah Susilo Bambang Yudhoyono bersama Boediono menjadi pemimpin negeri yang berpenduduk lebih dari 250 juta jiwa ini. Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono resmi dilantik oleh MPR sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 2009-2014 terhitung sejak 20 Oktober 2009. Dalam Sidang Paripurna MPR yang dipimpin Ketua MPR Taufiq Kiemas, di Gedung DPR/MPR/DPD di Senayan Jakarta, Selasa, Yudhoyono dan Boediono menandatangi berita acara pelantikan.
Harapan rakyat kecil dari sebuah kampung
lokalisasi kelas bawah di Surabaya (foto detik)
lokalisasi kelas bawah di Surabaya (foto detik)
Berita acara tersebut kemudian ditandatangi oleh jajaran pimpinan MPR. Sebelum menandatangani berita acara pelantikan, Presiden dan Wapres yang terpilih dalam Pilpres 2009 itu terlebih dulu mengucapkan sumpah dan janji sebagai Presiden dan sebagai Wakil Presiden yang dipandu Ketua Mahkamah Agung Arifin Tumpa.
Disaat pelantikan Presiden SBY dan Wapres Boediono, dari sebuah kampung lokalisasi murahan berdoa bersama agar pemimpin negeri ini bisa membawa negeri ini dan rakyatnya kepada keadaan yang lebih baik
Disaat pelantikan Presiden SBY dan Wapres Boediono, dari sebuah kampung lokalisasi murahan berdoa bersama agar pemimpin negeri ini bisa membawa negeri ini dan rakyatnya kepada keadaan yang lebih baik, mereka terdiri dari para PSK dan mucikari (foto detik surabaya)
Presiden terpilih Yudhoyono mendapat giliran pertama mengucapkan sumpah dan janji presiden dengan didampingi oleh seorang rohaniawan secara Islam. “Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang dan menjalankan Undang-Undang dan segala peratuirannya dengan selurus- lurusnya serta berbakti kepada nusa dan bangsa,” kata Yudhoyono yang mengenakan jas berwarna hitam dengan tegas setelah sebelumnya sempat berkaca-kaca saat lagu Indonesia Raya berkumandang.
Tapi jauh dari Senayan Jakarta, ke arah timur di sebuah kota yang bernama Surabaya ada kumpulan rakyat jelata yang tinggal di sela-sela hingar bingarnya musik dangdut dan remang remang lampu merah merona , mereka yang jauh dari keluarga mencari sesuap nasi dengan menjual tubuhnya pada pria-pria hidung belang di sebuah lokalisasi kelas rendah di Surabaya yaitu Kremil ada mereka yang memiliki besar harapan dan pesan untuk pemerintahan yang baru saya dilantik di Jakarta tersebut. Entah ini adalah inisiatif sendiri atau ada yang merorganisasi, nyatanya mereka memberikan pesan dan amanah serta berharap agak keadaan kedepan dibawah pemerintahan yang baru nantinya lebih baik dari sekarang ini (walau hanya perpanjangan masa karena Presidennya sama).
Di ujung timur negeri ini, mereka yang sedang dilanda kelaparan, merupakan pekerjaan rumah yang harusnya menjadi salah satu prioritas pemerintahan baru yang "Melanjutkan" pekerjaan yang kemarin belum selesai
Sementara itu jauh di ujung timur negeri ini negeri, di sebuah daratan yang sangat kaya dengan kekayaan mineralnya, ada sekelompok rakyat yang sedang berjuang sekuat tenaga untuk tetap bisa hidup ditengah bencana kelaparan ditengah kekayaan alam yang melimpah, Bencana kelaparan kembali melanda bumi Papua. Jika sebelumnya kelaparan melanda Yahukimo, kini terjadi di Kabupaten Puncak. Kabupaten Puncak merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Puncak Jaya. Kabupaten baru hasil pemekaran ini sudah dilanda bencana kelaparan sejak Agustus 2009 silam. Hingga bulan Oktober ini, kawasan tersebut dikabarkan masih kekurangan bahan makanan. Terutama di tiga kampung dari Distrik Agandugume, masing-masing kampung Agandugume, Kampung Japut dan Kampung Juwot.
Presiden terpilih SBY membaca sumpah atas nama Tuhan untuk membawa negeri ini sebaik baiknya
Dengan kata lain banyak sekali rkayar negeri ini menaruh harapan untuk segera dibantu dan ditolong oleh pemimpinnya, mereka adalah rakyat jelata yang tidak memiliki kekuatan baik politis maupun ekonomis atau akses kapital lainnya. Besar harapan mereka pada pemerintahan periode ini agar lebih berpihak pada mereka dari pada kepentingan pemodal besar ataupun kepentingan pihak lain yang sering menyengsarakan rakyat kecil yang merupakan mayoritas rakyat negeri ini.
Semoga saja relung hati para pemimpin kita bisa mendengar dan tersentuh utnuk melihat kenyataan ini semua, janganlah kami rakyat jelata ini hanya menjadi pelengkap penderita dan obyek pengumpulan masa ketika kepentingan politik para pembesar sedang diperebutkan.
sumber
0 komentar:
Post a Comment