Criss Angel Vs David Blaine
DAVID BLAINE
Anda pernah dengar tukang sulap David Blaine asal Amerika? Terus terang saya tidak tahu persis apakah ketenarannya sudah sampai ke Indonesia atau belum, tapi di belahan dunia sebelah utara katulistiwa David Blaine sudah lama menggeser David Copperfield, yang dulu pernah pamer kejagoan di Indonesia.
Blaine mungkin kira-kira sama dengan Copperfield, yaitu ahli ilusi atau tukang sulap dengan aksi beragam. Blaine pernah berdiri di sebuah menara dengan satu kaki selama 48 jam, dikurung dalam balok es selama berhari-hari, maupun mengubur diri hidup-hidup. Dia selalu menegaskan prinsip sulapnya adalah daya tahan tubuh manusia, tapi ya orang-orang tetap saja menyebutnya ahli ilusi.
Jangan tanya saya apakah dia memang benar-benar jagoan atau cuma sekedar jago ilusi. Perdebatan soal sulap jelas bukan jatah saya, tapi urusan melaporkan aksi terbaru David Blaine di dekat Tower Bridge, jembatan monumental London, bolehlah jadi bagian saya.
Jadi David Blaine memutuskan untuk dikurung dalam sebuah kotak kaca transparan selama 44 hari tanpa makan. Kotak kamarnya itu dikerek ke atas dan disitulah orang menyaksikan dia tidur, ngelamun, berdiri, duduk dan minum.
Dan pilihan tempat Tower Bridge itu strategis karena tempat itulah salah satu pusat atraksi wisata London. Jadi pastilah penggemarnya banyak.
Tapi kemudian tak semua yang datang ke kamar kaca Blaine itu mau menyaksikan dengan riang, karena ada juga yang unjuk rasa menentang aksi Blaine. Para pengnjuk rasa itu marah melihat sensasi Blaine yang mereka angap melecehkan orang miskin.
Salah satu pengunjuk rasa ketika diwawancara media menyebut bahwa 'dia itu memilih tidak makan selama 44 hari dan ditontoni orang, sedang di Afrika jutaan orang terpaksa tidak makan karena tak ada makanan dan kita semua tidak perduli.'
Dan ternyata aksi unjuk rasa itu praktis berlangsung tiap malam. Kalau sekedar berteriak-teriak saja, dibiarkan aparat keamanan tapi ada juga yang sudah melempari telur ke kotak kaca itu. Yang begini diamankan untuk menjauh dari tempat lokasi.
Seorang pengunjuk rasa yang mencoba melempar jeruk ke kotak itu malah sampai cedera diamankan petugas keamanan. Tak jelas bagaimana kelanjutan kasusnya.
Yang paling semangat menentang adalah seorang pria yang sempat naik ke menara tempat gantungan kotak kaca itu dan dia sempat mau memotong tali penggantung kamar kaca Blaine dan orang itu kemudian ditangkap polisi. Pria itu sempat pula berteriak 'pulang sana ke Amerika, kalau mau bikin sensasi di Amerika sana, jangan di sini.'
Mungkin pria itu lupa kalau London sudah jadi salah satu kota dunia yang penting dan bagi orang yang mau mencari sensasi skala internasional jelas London merupakan salah satu pilihan. Sudah lama kita kenal poros New York, Paris, London, dan Tokyo, jadi kalau ada yang datang ke London dan mau bikin sensasi, saya pikir wajar-wajar saja.
Apalagi sebenarnya Walikota London, Ken Livingstone cukup gencar mempromosikan London, bukan hanya untuk konsumsi orang non-London tapi juga untuk orang London supaya makin mencintai kotanya.
Dan David Blaine jelas dapat ijin dari pihak kota London, bahkan sebelum mengurung diri di Tower Bridge, Blaine diijinkan latihan di atas London Eye, pusat wisata London yang tak kalah hebatnya dengan Tower Bridge.
Bukan saya setuju dengan aksi David Blaine dan juga bukan saya tidak setuju. Tapi saya pikir untuk kota seperti London, maka penduduknya harus siap juga berbagi kotanya dengan masyarakat dunia lain. Tentu juga jelas kalau sensasi adalah bukan cara terbaik untuk berbagi kota.
Tapi siapa bilang orang Inggris tak suka sensasi. Di negara inilah ada anggota parlemen Edwina Curry, seorang ibu, yang mengaku berhubungan dengan John Major ketika masih menjabat Perdana Menteri ketika meluncurkan bukunya.
Lantas Roy Keane, seorang pemain sepakbola yang mestinya bersikap sportif, mengaku menunggu-nunggu kesempatan untuk membalas dendam dan menebas kaki pemain lawan itu. Itu kan semua sensasi, dan memang dari dulu sampai sekarang koran kuning Inggris terkenal dengan jualan laris sensasinya.
sumber
Blaine mungkin kira-kira sama dengan Copperfield, yaitu ahli ilusi atau tukang sulap dengan aksi beragam. Blaine pernah berdiri di sebuah menara dengan satu kaki selama 48 jam, dikurung dalam balok es selama berhari-hari, maupun mengubur diri hidup-hidup. Dia selalu menegaskan prinsip sulapnya adalah daya tahan tubuh manusia, tapi ya orang-orang tetap saja menyebutnya ahli ilusi.
Jangan tanya saya apakah dia memang benar-benar jagoan atau cuma sekedar jago ilusi. Perdebatan soal sulap jelas bukan jatah saya, tapi urusan melaporkan aksi terbaru David Blaine di dekat Tower Bridge, jembatan monumental London, bolehlah jadi bagian saya.
Jadi David Blaine memutuskan untuk dikurung dalam sebuah kotak kaca transparan selama 44 hari tanpa makan. Kotak kamarnya itu dikerek ke atas dan disitulah orang menyaksikan dia tidur, ngelamun, berdiri, duduk dan minum.
Dan pilihan tempat Tower Bridge itu strategis karena tempat itulah salah satu pusat atraksi wisata London. Jadi pastilah penggemarnya banyak.
Tapi kemudian tak semua yang datang ke kamar kaca Blaine itu mau menyaksikan dengan riang, karena ada juga yang unjuk rasa menentang aksi Blaine. Para pengnjuk rasa itu marah melihat sensasi Blaine yang mereka angap melecehkan orang miskin.
Salah satu pengunjuk rasa ketika diwawancara media menyebut bahwa 'dia itu memilih tidak makan selama 44 hari dan ditontoni orang, sedang di Afrika jutaan orang terpaksa tidak makan karena tak ada makanan dan kita semua tidak perduli.'
Dan ternyata aksi unjuk rasa itu praktis berlangsung tiap malam. Kalau sekedar berteriak-teriak saja, dibiarkan aparat keamanan tapi ada juga yang sudah melempari telur ke kotak kaca itu. Yang begini diamankan untuk menjauh dari tempat lokasi.
Seorang pengunjuk rasa yang mencoba melempar jeruk ke kotak itu malah sampai cedera diamankan petugas keamanan. Tak jelas bagaimana kelanjutan kasusnya.
Yang paling semangat menentang adalah seorang pria yang sempat naik ke menara tempat gantungan kotak kaca itu dan dia sempat mau memotong tali penggantung kamar kaca Blaine dan orang itu kemudian ditangkap polisi. Pria itu sempat pula berteriak 'pulang sana ke Amerika, kalau mau bikin sensasi di Amerika sana, jangan di sini.'
Mungkin pria itu lupa kalau London sudah jadi salah satu kota dunia yang penting dan bagi orang yang mau mencari sensasi skala internasional jelas London merupakan salah satu pilihan. Sudah lama kita kenal poros New York, Paris, London, dan Tokyo, jadi kalau ada yang datang ke London dan mau bikin sensasi, saya pikir wajar-wajar saja.
Apalagi sebenarnya Walikota London, Ken Livingstone cukup gencar mempromosikan London, bukan hanya untuk konsumsi orang non-London tapi juga untuk orang London supaya makin mencintai kotanya.
Dan David Blaine jelas dapat ijin dari pihak kota London, bahkan sebelum mengurung diri di Tower Bridge, Blaine diijinkan latihan di atas London Eye, pusat wisata London yang tak kalah hebatnya dengan Tower Bridge.
Bukan saya setuju dengan aksi David Blaine dan juga bukan saya tidak setuju. Tapi saya pikir untuk kota seperti London, maka penduduknya harus siap juga berbagi kotanya dengan masyarakat dunia lain. Tentu juga jelas kalau sensasi adalah bukan cara terbaik untuk berbagi kota.
Tapi siapa bilang orang Inggris tak suka sensasi. Di negara inilah ada anggota parlemen Edwina Curry, seorang ibu, yang mengaku berhubungan dengan John Major ketika masih menjabat Perdana Menteri ketika meluncurkan bukunya.
Lantas Roy Keane, seorang pemain sepakbola yang mestinya bersikap sportif, mengaku menunggu-nunggu kesempatan untuk membalas dendam dan menebas kaki pemain lawan itu. Itu kan semua sensasi, dan memang dari dulu sampai sekarang koran kuning Inggris terkenal dengan jualan laris sensasinya.
sumber
1 komentar:
i like you... this ferffec
Post a Comment