Erica Crompton : Menjalani Hidup Sebagai Orang Gila !!!
Gangguan mental diduga dialami 1 dari 4 orang dewasa, jadi tidak heran jika banyak orang dewasa kena penyakit kejiwaan (psikosis). Saat seseorang divonis 'gila', bagaimana hidup yang harus dijalaninya?
Seperti dialami Erica Crompton, perempuan Inggris yang belajar untuk hidup dengan penyakit kejiwaan (psychosis) setelah 7 tahun divonis menderita 'Paranoid psychosis'.
Erica sadar bahwa perilaku penderita psikosis sering menakutkan dan ketakutan yang mereka rasakan susah untuk dimengerti orang lain.
Erica mulai mengalami gejala gila pada Desember 2003. Setiap mendengar suara sirene polisi rasanya seperti membuat tuli dan tak tertahankan.
Dia juga tak dapat tidur karena merasa paranoid bahwa ada mata-mata yang sedang mengintainya. Dia mengelilingi rumah pukul 3 dini hari untuk mencari perlengkapan mata-mata. Di siang hari, ketika TV menyala atau ada telepon salah sambung dirinya merasa bahaya sudah semakin dekat.
Saat itu Erica yakin ia menjadi target sasaran sekelompok teroris. Presenter yang berbicara di TV dan radio menurutnya adalah orang-orang yang menginginkan dirinya menderita dan akan menyiksanya dalam penjara.
Selama 6 minggu dia merasa diteror, tidak tidur dan menyakiti dirinya serta mencoba menjelaskan teori konspirasinya pada siapapun yang mau mendengarkannya (termasuk polisi Stafford).
Oleh ibunya, Erica kemudian dibawa menemui seorang GP (general practitioner). "Pikiranmu tidak cukup benar, Erica," jelas GP seperti diceritakan Erica pada theindependent, yang dikutip Kamis (15/7/2010).
Namun Erica protes dan bersikeras bahwa orang-orang tersebut memang ingin menangkapnya. Ia pun mengatakan bisa menyediakan bukti-bukti.
GP tersebut akhirnya menyarankan agar Erica dibawa ke psikiater secepat mungkin. Beberapa hari kemudian, Erika berkonsultasi dengan psikiater di ST. George's Hospital, Stafford.
Dr. Srinivasan, psikiater Erica, mengatakan teori konspirasi yang dikemukakan Erica merupakan sebuah 'Keyakinan yang salah (false belief)'. Erica harus mencoba pengobatan yang disebut Amisulpride, yaitu obat anti-psikotik.
Erica merespons baik dan menjadi stabil dengan cepat. Namun hal ini tak berlangsung lama hingga beberapa saat ia didiagnosa 'paranoid psychosis'.
Saat itu, Erica berpikir bahwa ia menderita schizophrenia, seperti yang tertera dalam leaflet tablet yang dikonsumsinya. Namun Erica sekarang tahu psychosis bukanlah kondisi itu sendiri, melainkan sebuah gejala.
Diantara 1 dari 200 orang akan memiliki episode psikotik pada titik yang sama dan akan menemukan kesulitan dalam membedakan yang nyata dan yang khayalan.
Gangguan kejiwaan ini memang membuat karir Erica hancur. Ini karena Erica pernah menangis histeris dan mengungkapkan teori konspirasinya kepada bosnya di kantor ketika ada seorang pria yang datang untuk memperbaiki mesin fax.
Erika percaya bahwa pria itu sebenarnya menginstal perlengkapan mata-mata untuk mengawasinya. Ia menangis selama 10 menit sampai akhirnya dapat tenang. Butuh 2 hari baginya untuk dapat bekerja kembali. Beberapa minggu setelahnya, Erica kehilangan pekerjaan setelah kejadian histeris tersebut.
Walaupun kenyataannya ia cepat stabil setelah minum obat, namun dia sempat merenungkan untuk bunuh diri. Saat bersiap bunuh diri dengan segenggam pil di tangannya, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan ia menerima 3 pesan singkat yang berisi dukungan dari temannya. Tiga pesan singkat tersebut cukup baginya untuk membuang segenggam pil yang ada di tangannya, rencana bunuh diri pun diurungkannya.
Karena ada dukungan dari teman dan keluarga Erica kini mulai terkendali meskipun mentalnya belum 100 persen pulih.
Erica kini bekerja dengan bebas dan telah memulai usaha fashion dengan memakai labelnya sendiri, Medfed, yang berciri penuh warna dan kesenangan. Menurutnya motif penuh warna dan kesenangan ini bertujuan untuk melawan stereotip 'kesehatan mental suram'.
Melihat jatuh bangunnya Erica, pakar kejiwaan menilai orang yang divonis gila sebenarnya bisa menjalani hidupnya jika mendapat dukungan dari orang-orang sekitarnya.
Bagaimana menolong orang dengan penyakit mental?
1. Jika seorang teman atau pacar Anda sakit secara mental, dampingilah di sisinya untuk bicara dan mendengarkannya.
Kebanyakan orang yang sakit mental merasa takut untuk bicara mengenai masalahnya karena takut pada reaksi orang-orang di sekitarnya. Jika seorang dari mereka bicara pada Anda, pahami masalahnya dan biarkan mereka tahu bahwa Anda ada untuk mereka.
2. Jadilah orang yang memahami dan memberi dukungan.
Ketika orang dengan masalah sakit mental berbicara, seringnya keluarga selalu salah paham. Mereka juga diabaikan oleh teman dan kolega kerja atau bahkan diabaikan oleh tetangganya. Cobalah untuk peka terhadap situasi mereka dan hargai perasaan mereka.
3. Sediakan waktu untuk bersama.
Ikut sertakan mereka dalam kegiatan sehari-hari Anda, seperti pergi belanja, ke tempat hiburan, atau berlibur ke suatu daerah.
4. Tanyakan apa yang bisa Anda bantu.
Orang-orang dengan masalah kesehatan mental mungkin menginginkan dukungan pada waktu berbeda dan dengan cara yang berbeda pula.
5. Tetaplah berpikiran bahwa memiliki masalah kesehatan mental hanyalah satu bagian dari seseorang.
Karena orang-orang tak ingin digambarkan secara menyeluruh atas penyakit mentalnya.
(ir/ir)
Selama 6 minggu dia merasa diteror, tidak tidur dan menyakiti dirinya serta mencoba menjelaskan teori konspirasinya pada siapapun yang mau mendengarkannya (termasuk polisi Stafford).
Oleh ibunya, Erica kemudian dibawa menemui seorang GP (general practitioner). "Pikiranmu tidak cukup benar, Erica," jelas GP seperti diceritakan Erica pada theindependent, yang dikutip Kamis (15/7/2010).
Namun Erica protes dan bersikeras bahwa orang-orang tersebut memang ingin menangkapnya. Ia pun mengatakan bisa menyediakan bukti-bukti.
GP tersebut akhirnya menyarankan agar Erica dibawa ke psikiater secepat mungkin. Beberapa hari kemudian, Erika berkonsultasi dengan psikiater di ST. George's Hospital, Stafford.
Dr. Srinivasan, psikiater Erica, mengatakan teori konspirasi yang dikemukakan Erica merupakan sebuah 'Keyakinan yang salah (false belief)'. Erica harus mencoba pengobatan yang disebut Amisulpride, yaitu obat anti-psikotik.
Erica merespons baik dan menjadi stabil dengan cepat. Namun hal ini tak berlangsung lama hingga beberapa saat ia didiagnosa 'paranoid psychosis'.
Saat itu, Erica berpikir bahwa ia menderita schizophrenia, seperti yang tertera dalam leaflet tablet yang dikonsumsinya. Namun Erica sekarang tahu psychosis bukanlah kondisi itu sendiri, melainkan sebuah gejala.
Diantara 1 dari 200 orang akan memiliki episode psikotik pada titik yang sama dan akan menemukan kesulitan dalam membedakan yang nyata dan yang khayalan.
Gangguan kejiwaan ini memang membuat karir Erica hancur. Ini karena Erica pernah menangis histeris dan mengungkapkan teori konspirasinya kepada bosnya di kantor ketika ada seorang pria yang datang untuk memperbaiki mesin fax.
Erika percaya bahwa pria itu sebenarnya menginstal perlengkapan mata-mata untuk mengawasinya. Ia menangis selama 10 menit sampai akhirnya dapat tenang. Butuh 2 hari baginya untuk dapat bekerja kembali. Beberapa minggu setelahnya, Erica kehilangan pekerjaan setelah kejadian histeris tersebut.
Walaupun kenyataannya ia cepat stabil setelah minum obat, namun dia sempat merenungkan untuk bunuh diri. Saat bersiap bunuh diri dengan segenggam pil di tangannya, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan ia menerima 3 pesan singkat yang berisi dukungan dari temannya. Tiga pesan singkat tersebut cukup baginya untuk membuang segenggam pil yang ada di tangannya, rencana bunuh diri pun diurungkannya.
Karena ada dukungan dari teman dan keluarga Erica kini mulai terkendali meskipun mentalnya belum 100 persen pulih.
Erica kini bekerja dengan bebas dan telah memulai usaha fashion dengan memakai labelnya sendiri, Medfed, yang berciri penuh warna dan kesenangan. Menurutnya motif penuh warna dan kesenangan ini bertujuan untuk melawan stereotip 'kesehatan mental suram'.
Melihat jatuh bangunnya Erica, pakar kejiwaan menilai orang yang divonis gila sebenarnya bisa menjalani hidupnya jika mendapat dukungan dari orang-orang sekitarnya.
Bagaimana menolong orang dengan penyakit mental?
1. Jika seorang teman atau pacar Anda sakit secara mental, dampingilah di sisinya untuk bicara dan mendengarkannya.
Kebanyakan orang yang sakit mental merasa takut untuk bicara mengenai masalahnya karena takut pada reaksi orang-orang di sekitarnya. Jika seorang dari mereka bicara pada Anda, pahami masalahnya dan biarkan mereka tahu bahwa Anda ada untuk mereka.
2. Jadilah orang yang memahami dan memberi dukungan.
Ketika orang dengan masalah sakit mental berbicara, seringnya keluarga selalu salah paham. Mereka juga diabaikan oleh teman dan kolega kerja atau bahkan diabaikan oleh tetangganya. Cobalah untuk peka terhadap situasi mereka dan hargai perasaan mereka.
3. Sediakan waktu untuk bersama.
Ikut sertakan mereka dalam kegiatan sehari-hari Anda, seperti pergi belanja, ke tempat hiburan, atau berlibur ke suatu daerah.
4. Tanyakan apa yang bisa Anda bantu.
Orang-orang dengan masalah kesehatan mental mungkin menginginkan dukungan pada waktu berbeda dan dengan cara yang berbeda pula.
5. Tetaplah berpikiran bahwa memiliki masalah kesehatan mental hanyalah satu bagian dari seseorang.
Karena orang-orang tak ingin digambarkan secara menyeluruh atas penyakit mentalnya.
(ir/ir)
sumber :http://health.detik.com/read/2010/07/15/162507/1400074/775/menjalani-hidup-sebagai-orang-gila?l991101755
0 komentar:
Post a Comment