Persepsi salah mengenai mie instant
Mitos: Mi instan mengandung lilin, itu sebabnya air rebusannya warna kuning
Fakta: salah. Mi instan tidak mengandung lilin. Mi instan adalah produk mi kering dimana tidak membutuhkan lilin dalam proses pembuatannya. Sebenarnya yang membuat air rebusan kuning ialah proses deep frying yang berkadar minyak tinggi. Deep frying adalah proses untuk merendahkan kadar air pada mi tersebut, agar mi lebih awet. Kadar miyak yang tersisa di mi ini yang membuat mi mengkilap dan hasil air rebusannya menjadi kuning.
Mitos: Mi instan menggunakan bahan pengawet yang berbahaya.
Fakta: Cara pengawetan mi instan adalah dengan metode khusus yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Salah satu metodenya ialah deep frying (menghilangkan kadar air hingga 5%) dan hot drying yaitu pengeringan menggunakan udara panas. Ini yang bisa membuat mi tahan hingga 6 bulan.
Mitos: Styrofoam berbahaya untuk cup mie instan saat dimasak.
Fakta: Styrofoam yang digunakan pada mie instan adalah bahan khusus untuk makanan (food grade). Dengan proses preesing yang khusus tidak menyebabkan Styrofoam rontok saat terkena air panas. Jadi jika selama ini kawatir dengan mi yang menempel di cupnya saat diseduh air panas semata-mata karena kadar minyak yang tinggi di mi tersebut (sekitar 20%). Selain itu cup ini sudah lolos uji dari BPOM dan Japan Environment Agency.
Mitos: Mi instan kenyal karena mengandung kare.
Fakta: Mi instan dibuat dari bahan-bahan berkualitas dan pilihan terbaik, semisal tepung terigu yang sudah difotifikasi dengan zat besi, zinc, vit B1, B2, dan asam folat. Begitu juga dengan bumbunya. Pembuatannya pun digarap dengan serius. Dengan metode pengeringan yang dipaparkan di atas, sehingga dihasilkan mi instan yang berkualitas baik. Makanya mi instan jadi kenyak dan tidak mudah putus.
Fakta: salah. Mi instan tidak mengandung lilin. Mi instan adalah produk mi kering dimana tidak membutuhkan lilin dalam proses pembuatannya. Sebenarnya yang membuat air rebusan kuning ialah proses deep frying yang berkadar minyak tinggi. Deep frying adalah proses untuk merendahkan kadar air pada mi tersebut, agar mi lebih awet. Kadar miyak yang tersisa di mi ini yang membuat mi mengkilap dan hasil air rebusannya menjadi kuning.
Mitos: Mi instan menggunakan bahan pengawet yang berbahaya.
Fakta: Cara pengawetan mi instan adalah dengan metode khusus yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Salah satu metodenya ialah deep frying (menghilangkan kadar air hingga 5%) dan hot drying yaitu pengeringan menggunakan udara panas. Ini yang bisa membuat mi tahan hingga 6 bulan.
Mitos: Styrofoam berbahaya untuk cup mie instan saat dimasak.
Fakta: Styrofoam yang digunakan pada mie instan adalah bahan khusus untuk makanan (food grade). Dengan proses preesing yang khusus tidak menyebabkan Styrofoam rontok saat terkena air panas. Jadi jika selama ini kawatir dengan mi yang menempel di cupnya saat diseduh air panas semata-mata karena kadar minyak yang tinggi di mi tersebut (sekitar 20%). Selain itu cup ini sudah lolos uji dari BPOM dan Japan Environment Agency.
Mitos: Mi instan kenyal karena mengandung kare.
Fakta: Mi instan dibuat dari bahan-bahan berkualitas dan pilihan terbaik, semisal tepung terigu yang sudah difotifikasi dengan zat besi, zinc, vit B1, B2, dan asam folat. Begitu juga dengan bumbunya. Pembuatannya pun digarap dengan serius. Dengan metode pengeringan yang dipaparkan di atas, sehingga dihasilkan mi instan yang berkualitas baik. Makanya mi instan jadi kenyak dan tidak mudah putus.
0 komentar:
Post a Comment